photo PROMO_zpsdc816b8f.gif


Selasa, 22 November 2011

Mengelola Arus Ide Kreatif

Ada tiga hal utama yang menyebabkan sebuah bisnis/usaha menjadi kekeringan ide.Pertama, karyawan perusahaan barangkali memiliki banyak ide bagi perbaikan. Hanya saja kebanyakan dari mereka tidak tahu ke mana ide-ide tersebut harus disampaikan dan tidak memiliki motivasi untuk menyampaikannya. Kedua, pemasok, distributor, biro iklan dan sekutu-sekutu lain dari perusahaan mungkin mempunyai banyak ide bagi perusahaan. Tetapi, para pimpinan perusahaan tidak melihat mereka sebagai rekan kerja yang positif dalam pengembangan perusahaan (sebatas sebagai mitra jual-beli saja). Ketiga, terdapat cara-cara sistematis untuk membantu karyawan mendapatkan ide baru. Hanya banyak juga pimpinan perusahaan yang enggan memikirkan sistem tersebut.

Tiga hal di atas sangat mematikan karena tanpa ide-ide baru sebuah perusahaan tidak akan bergerak kemana-mana dan bahkan mengalami kemunduran!

Lalu, bagaimana solusinya?

Dalam sebuah artikel berjudul "Bringin SIlicon Valley Inside Your Company", penulis terkenal Gary Hamel menyajikan resep penciptaan ide-ide baru yang sukses. Di dalam artikel tersebut dikatakan bahwa Silicon Valley sukses karena terbentuk dari tiga pasar : pasar ide, pasar modal dan pasar talenta. Banyak individu kreatif yang berjiwa wiraswasta berbondong-bondong datang ke Silicon Valley dengan ide baru, khususnya ide-ide tentang bisnis dot.com. Sementara perusahaan-perusahaan modal ventura berlomba-lomba meminjamkan uang kepada individu-individu yang memiliki ide-ide super. Dan Silicon Valley menarik banyak individu bertalenta yang bisa membuat perangkat lunak dan mengimplementasikan ide tersebut.

Implikasinya, menurut pakar pemasaran Philip Kotler, perusahaan perlu meniru Silicon Valley secara internal. Perusahaan harus menghargai ide baru dengan tinggi dan memfasilitasi pengumpulan dan evaluasinya. Dana internal selanjutnya harus dikeluarkan perusahaan untuk meriset dan mengembangkan ide-ide bagus. Ide-ide terbaik kemudian akan diserahkan kepada talenta yang tepat untuk dikembangkan dan diaplikasikan.

Untuk mengelola arus ide tersebut, perusahaan sebaiknya menunjuk seorang eksekutif level-tinggi untuk menjadi apa yang disebut sebagai Kapten Ide. Eksekutif ini akan memimpin sebuah komite, bernama Komite Ide (Idea Committe) yang anggota-anggotanya merupakan wakil dari masing-masing departemen penting. Semua orang di dalam perusahaan serta sekutu-sekutu perusahaan harus mengetahui nama, alammat dan e-mail dari anggota-anggota komite dan harus didorong untuk mengirimkan ide-ide baru ke komite ini. Komite Ide harus mengadakan rapat setiap beberapa minggu untuk mereview dan mengevaluasi ide dan kemudian menempatkan ide-ide ke dalam tiga tumpukan : ide buruk, ide baik dan ide super. Ide-ide yang tampaknya super kemudian diserahkan kepada anggota-anggota komite untuk dikaji dan dilaporkan kembali. Jika laporannya positif, maka sejumlah uang akan dikeluarkan untuk meriset dan mengembangkannya. Ide-ide yang terus terlihat bagus akan melalui beberapa tahap penelitian sampai dibuang atau diluncurkan.

Semua orang yang menyampaikan ide harus diberitahu tentang nasib dari idenya. Hal ini akan menghilangkan kecurigaan bahwa Komite Ide tida peduli pada ide mereka. Penemu dari ide-ide terbagus yang kemudian diimplementasikan secara sukses harus mendapat pengakuan, baik dalam bentuk uang, liburan atau balas jasa berwujud lainnya. Sebagai contoh, sebuah perusahaan membayarkan 10 persen dari pengehmatan atau laba yang dihasilkan kepada individu atau kelompok yang menemukan ide tersebut.

Pola pengelolaan arus ide seperti ini terbukti berhasil diterapkan dengan baik oleh raksasa mesin pencari Google.Simak rahasia sukses manajemen ala Google.



Ingin ngobrol sama Provokator Pengusaha?

Atau share artikelnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar